Jumat, 01 Juni 2012
Mother Monster
… And everything I had to know...
I heard it on my radio… (radio)
Dua puluh mahasiswa. Dua puluh mahasiswi. Lima méja. Dua puluh botol berbaur. Chivas Régal, Black Label. Martel VSOP. Martini. Long Island. Berserakan. Ada yang tiduran di meja. Tertawa lepas. Ngakak. Duduk di pangkuan. Rona muka merah. Mata menyala seperti bara. Denting pecah Gin Luxardo 1821 tidak memberhentikan pesta gila. Teriakan-teriakan seperti berlomba mencapai angkasa. Pianis yang juga bermain solo tak digubris sama sekali.
… You've yet to have your finest hour … (radio)
“Héééy! Lihat ke muka!” Si penyanyi tiba-tiba melengking meredam keriuhan pesta. Semua berhenti. Empat puluh pasang mata memandangnya dengan tapan mata asing. Satu persatu pakaiannya dilepas. Sexdress melorot. Long torso dilemparkan ke muka para penonton yang terpaku diam. No bra! Semua tatapan terpusat padanya. Terkesima. Selangkah demi selangkah semua maju ke depan. Kian dekat. Mereka melangkah mengikuti irama lagu. Lalu semua berteriak nyaring: “ Hidup Mother Monster!”
All we hear is Radio ga ga
Radio goo goo….
Catatan:
Gin Luxardo=Gelas sloki
Mother Monster, Julukan buat Lady Gaga
SKETSA
Trotoar Lapangan gasibu, Bandung. Kuas kecil terampil mencatat semua objek depan mata pada selembar kertas putih polos. Garis lengkung dan lurus ditorehkan dengan tinta china. Pensil coute mencoba merekam gundukan pohon yang menebar di setiap penjuru. Maka jadilah sketsa Gedung Sate. Gagah. Tapi angkuh.
Tiba-tiba saja dari sketsa ke luar suara. Sayup-sayup tapi jelas. "Kamu lagi belajar melatih refleks dan kepekaan?"Katanya. "Setiap saat saya selalu berbaur dengan masyarakat Jawa Barat. Setiap saya membuat keputusan penting, saya selalu menggambar. Membuat sketsa kehidupan masyarakat. Sketsa perlu dibuat untuk keseimbangan dan kepekaan kita terhadap sesama."
Pelan kutelisik sketsa Gedung Sate. Baru sadar, gambar tusuk satenya hilang. Gantinya telunjuk sedang menunjuk langit. Ingat, Dia Yang Maha Kuasa sedang mencatat segala apa yang kamu lakukan!
Tiba-tiba saja dari sketsa ke luar suara. Sayup-sayup tapi jelas. "Kamu lagi belajar melatih refleks dan kepekaan?"Katanya. "Setiap saat saya selalu berbaur dengan masyarakat Jawa Barat. Setiap saya membuat keputusan penting, saya selalu menggambar. Membuat sketsa kehidupan masyarakat. Sketsa perlu dibuat untuk keseimbangan dan kepekaan kita terhadap sesama."
Pelan kutelisik sketsa Gedung Sate. Baru sadar, gambar tusuk satenya hilang. Gantinya telunjuk sedang menunjuk langit. Ingat, Dia Yang Maha Kuasa sedang mencatat segala apa yang kamu lakukan!
Langganan:
Postingan (Atom)